Minggu, 03 Januari 2010

Disebuah Malam Bersama Mereka..


Sebuah catatan lama yang ditulis DIAN SASTROWARDOYO yang aku ambil dari buku Dunia Tanpa Koma..(this note for DIAN SASTRO LOVERS)

MALAM ITU, kami merasakan hal yang sama : bahagia. Kami berpesta untuk sebuh produksi yang berakhir. Tetapi di hati kecil ini, ada kesedihan menggantung. Saya menyadari, setelah malam ini usai, kami belum tentu lagi akan bertemu dalam satu produksi. Serial Dunia Tanpa Koma seaso satu selesai. Dan kami tentu berharap season dua akan mempertemukan kami kembali.

Wajah-wajah itu aku temui setiap hari selama 7 bulan terakhir dalam hidupku sejak Oktober setahun lalu. Wajah-wajah itu selalu berseliweran, wara-wiri, mengurus tanggung jawab masing-masing sesuai pekerjaan masing-masing. Kadang-kadang wajah-wajah itu memancakan keceriaan; tak jarang wajah-wajah itu bertekuk padat cemberut, entah stess karena sedang sewot atau sedang sewot karena kena semprot pimpinannya. Wajah-wajah itu kadang loyo lantaran terlalu lelah syuting hingga dini hari.

Sebagian dari kru itu aku hafal namanya; sebagian lagi aku hanya hafal wajah nya. Tetapi yang pasti kami selalu bertegur sapa, entah dengan anggukan ramah, atau senyuman, atau gurauan yang mencairkan suasana kerja yang serius. Wajah-wajah inilah yang telah menjadi bagian hidup saya.
Mereka adalah wajah yang aku temui hampir setiap hari hingga akhirnya mereka mengenal saya, tangis saya, senyum saya, suasana hati saya. Mereka semua akhirnya mengenal keurangan-kekurangan saya dan menerima apa adanya. Untuk saya itu semua sangat berharga.

Saya belum bisa membayangkan hidup saya pada hari-hari berikutnya tanpa bertemu dengan wajah-wajah yang sudah seperti "keluarga baru" saya. Inilah wajah-wajah yang telah menjadi kekuatanku, yang jadi keberanianku untuk menjalani semua yang aku jalani hingga sekarang. Mereka semua sudah menjadi ayah saya, ibu saya, kaka saya. Dan, karena mereka sudah seperti keluarga baru, saya juga tak ignin mengecewakan mereka; saya ignin mereka bangga dengan produksi ini.

DI PAGI HARI, saat syuting harus d amil begitu dini, ada saja yang melemparkan senyum. Betapa saktinya sebuah senyum. Atau ada saja yang menyapa "Selamat pagi,Mbak...eh, mkak Dian..." Gila sapaan itu efeknya luar biasa!!

Setiap sapaan ramah itu telah menjadi kekuatan saya. Disaat jenuh, lelah atau sulit untuk membangun mood untuk syuting, maka sapaan ramah para kru san pemain enjadi semangat bagi saya. Saya sungguh merasakan betapa mereka menyayangi dan pennuh perhatian pada saya. Padahal itu semua hanya sapaan-sapaan pendek sambil lalu di antara ribetnya suasana syuting yang sibuk. Ketulusan mereka dalam setiap canda, sapaan dan perhatian sepertinya akan selalu membekas dalam hati.

Pernah beberapa bulan lalu saat RUU APP baru saja muncul, aku menyatakan akan ikut demonstrasi. Dan senyum ternyata mulai dari sutradara bang MAruli, hingga astrada dan seluruh kru menemani aku demo demi solidaritas!!
Seluruh departemen mulai dari penyutradaraan, make up, dan kostum, lighting, sound, continuity, unit produksi semua ikut long march mulai dari Bunderan Hotel Indonesia sampai jalan Diponegoro!! Mereka mau berpanas-panas ikut menemani aku demo menolah RUU Pornografi Pornoaksi sebelum kami mulai syuting hari itu. Dan aku juga jadi salut sama mas Wisnu, manajerku, yang selalu setia hadir ikutan dalam acara-acara penting dalam hidupku seperti ikut demonstrasi ini.

Pada saat hari ulang tahun ku yang ke 24 tahun (mungkin sekarang 28 tahun yah) bulan MAret lalu, aku semakin merasa beruntung bisa merasakan perayaan yang begitu berarti. kru Dunia Tanpa Koma bikin kejutan khusus untuk aku hari itu. Mereka menjebak aku dalam sebuah skenario sandieara yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
They really got me there! Aku kagum sekali mereka mau sengaja merepotkan diri bersandiwara karena ignin ngerjain aku. Saya begitu tersentuh hingga tak bsa tidak menangis sepanjang malam melihat acara yang mereka bikin khusus untuk ku. Untukku seluruh kru DTK adalah keluarga baru ku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar